Teknologi Cybersecurity Untuk Melindungi Data Pribadi

Teknologi cybersecurity untuk melindungi data pribadi

Artikel: Teknologi Cybersecurity untuk Melindungi Data Pribadi

H1: Teknologi Cybersecurity untuk Melindungi Data Pribadi

Di era digital saat ini, data pribadi menjadi sangat berharga. Baik itu informasi tentang identitas pribadi, detail keuangan, atau riwayat online, data pribadi sangat rawan disalahgunakan jika jatuh ke tangan yang salah. Oleh karena itu, teknologi cybersecurity memainkan peran yang sangat penting dalam melindungi data pribadi agar tetap aman dari ancaman. Artikel ini akan membahas berbagai teknologi cybersecurity yang digunakan untuk melindungi data pribadi, ancaman yang ada, serta cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga keamanan data pribadi.

H2: Pengenalan tentang Cybersecurity dan Pentingnya Perlindungan Data Pribadi

Apa itu cybersecurity?

Cybersecurity atau keamanan siber adalah praktik yang digunakan untuk melindungi sistem komputer, jaringan, dan data dari ancaman, kerusakan, atau akses yang tidak sah. Dengan semakin berkembangnya teknologi digital, ancaman terhadap keamanan data pribadi juga semakin kompleks. Oleh karena itu, teknologi cybersecurity dirancang untuk menjaga integritas, kerahasiaan, dan ketersediaan data.

Mengapa perlindungan data pribadi sangat penting?

Data pribadi mencakup informasi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi seseorang, seperti nama, alamat, nomor telepon, dan informasi keuangan. Jika data ini jatuh ke tangan yang salah, dapat menyebabkan pencurian identitas, penipuan keuangan, atau bahkan ancaman fisik. Perlindungan data pribadi adalah hal yang sangat penting karena bisa merusak reputasi individu dan organisasi, serta mengancam stabilitas ekonomi jika disalahgunakan.

H2: Jenis-Jenis Ancaman Terhadap Data Pribadi

Untuk memahami bagaimana melindungi data pribadi, penting untuk mengetahui jenis ancaman yang ada. Berbagai ancaman ini bisa datang dari individu atau kelompok yang berusaha mengakses data pribadi tanpa izin.

Malware dan Virus

Malware adalah perangkat lunak berbahaya yang dirancang untuk merusak sistem atau mencuri data. Virus, salah satu jenis malware, dapat menyebar dengan cepat ke berbagai komputer dan jaringan, menyebabkan kerusakan pada data dan perangkat keras. Mereka sering kali disebarkan melalui email phishing atau file yang terinfeksi.

Phishing

Phishing adalah metode penipuan yang digunakan oleh pelaku cyber untuk mencuri informasi pribadi, seperti nama pengguna, kata sandi, dan detail kartu kredit. Ini biasanya dilakukan dengan mengirimkan email atau pesan yang tampak sah, mengarahkan korban untuk mengklik tautan berbahaya atau memasukkan informasi sensitif.

Ransomware

Ransomware adalah jenis perangkat lunak berbahaya yang mengenkripsi data pengguna dan menuntut pembayaran untuk mendekripsinya. Ransomware bisa sangat merusak, terutama jika data yang dienkripsi adalah data pribadi yang penting, seperti dokumen keuangan atau informasi kesehatan.

Serangan DDoS

Serangan DDoS (Distributed Denial of Service) melibatkan pengiriman sejumlah besar lalu lintas data ke server atau situs web untuk membanjiri sistem dan membuatnya tidak dapat diakses. Meskipun ini tidak selalu terkait langsung dengan pencurian data pribadi, serangan DDoS bisa digunakan untuk mengalihkan perhatian dari serangan yang lebih berbahaya.

Pengumpulan Data Pribadi Tanpa Izin

Pengumpulan data pribadi tanpa izin merupakan ancaman yang semakin meningkat, di mana perusahaan atau individu mengumpulkan data pribadi pengguna tanpa sepengetahuan mereka. Dalam beberapa kasus, data ini bisa digunakan untuk tujuan iklan yang tidak diinginkan atau bahkan dijual kepada pihak ketiga.

H2: Teknologi Cybersecurity yang Digunakan untuk Melindungi Data Pribadi

Berbagai teknologi cybersecurity dikembangkan untuk membantu melindungi data pribadi dari ancaman yang ada. Beberapa teknologi utama yang digunakan untuk melindungi data pribadi meliputi enkripsi, firewall, sistem deteksi dan pencegahan intrusi, autentikasi multi-faktor (MFA), dan keamanan berbasis cloud.

Enkripsi Data

Enkripsi adalah proses mengubah data asli menjadi format yang tidak dapat dibaca tanpa kunci dekripsi. Dengan menggunakan enkripsi, bahkan jika data jatuh ke tangan yang salah, data tersebut tidak dapat digunakan tanpa kunci yang benar. Enkripsi digunakan untuk melindungi data yang disimpan (data at rest) dan data yang sedang ditransfer (data in transit). Ada beberapa jenis enkripsi yang umum digunakan, termasuk enkripsi simetris dan enkripsi asimetris.

Firewall

Firewall adalah sistem keamanan yang memantau dan mengontrol lalu lintas jaringan masuk dan keluar. Firewall digunakan untuk mencegah akses tidak sah ke sistem dan melindungi data pribadi dari ancaman eksternal. Firewall dapat berupa perangkat keras (hardware) atau perangkat lunak (software) yang memfilter data berdasarkan aturan yang telah ditetapkan.

Sistem Deteksi dan Pencegahan Intrusi (IDS/IPS)

Sistem IDS (Intrusion Detection System) dan IPS (Intrusion Prevention System) dirancang untuk mendeteksi dan mencegah serangan yang mungkin masuk ke dalam jaringan. IDS memantau jaringan untuk mendeteksi potensi ancaman, sedangkan IPS tidak hanya mendeteksi ancaman tetapi juga dapat mencegah ancaman tersebut dengan memblokirnya.

Autentikasi Multi-Faktor (MFA)

Autentikasi multi-faktor (MFA) adalah proses keamanan yang memerlukan lebih dari satu metode verifikasi untuk memastikan bahwa pengguna yang mencoba mengakses data pribadi adalah orang yang sah. MFA dapat melibatkan kombinasi sesuatu yang diketahui pengguna (seperti kata sandi), sesuatu yang dimiliki pengguna (seperti ponsel untuk verifikasi melalui SMS atau aplikasi autentikasi), atau sesuatu yang dimiliki secara biometrik (seperti sidik jari atau pengenalan wajah).

Keamanan Berbasis Cloud

Keamanan berbasis cloud mengacu pada perlindungan data yang disimpan di server cloud, yang dikelola oleh penyedia layanan cloud. Teknologi ini memungkinkan perusahaan untuk menyimpan data secara aman, dengan fitur seperti enkripsi, pemulihan data, dan kontrol akses. Namun, penggunaan cloud juga memiliki tantangan tersendiri, seperti mengelola kontrol akses dan memastikan data tetap aman meskipun disimpan di luar kantor.

H2: Autentikasi Multi-Faktor (MFA) untuk Keamanan Data Pribadi

Apa itu MFA?

Autentikasi Multi-Faktor (MFA) adalah lapisan keamanan tambahan yang digunakan untuk memastikan bahwa hanya pengguna yang sah yang dapat mengakses data pribadi atau akun. Dalam MFA, pengguna harus memberikan lebih dari satu bentuk verifikasi, yang biasanya terdiri dari kombinasi tiga faktor: sesuatu yang mereka tahu (kata sandi atau PIN), sesuatu yang mereka miliki (seperti ponsel atau perangkat fisik), dan sesuatu yang mereka adalah (biometrik, seperti sidik jari atau pemindaian wajah). Penggunaan MFA secara signifikan mengurangi risiko pencurian data karena peretas harus mendapatkan lebih dari satu informasi untuk bisa mengakses akun atau data pribadi.

Jenis autentikasi yang digunakan dalam MFA

Beberapa jenis autentikasi yang digunakan dalam MFA antara lain:

  1. Kata Sandi (Something You Know) – Kata sandi atau PIN yang hanya diketahui oleh pengguna. Ini adalah bentuk autentikasi paling dasar, tetapi jika digunakan sendirian, kata sandi dapat dengan mudah dibobol oleh peretas.
  2. Perangkat atau Token (Something You Have) – Misalnya, smartphone yang menerima kode verifikasi melalui SMS atau aplikasi autentikasi seperti Google Authenticator atau Authy. Perangkat keras token (seperti YubiKey) juga bisa digunakan sebagai faktor tambahan.
  3. Biometrik (Something You Are) – Penggunaan karakteristik fisik atau perilaku pengguna, seperti sidik jari, pemindaian wajah, pemindaian iris, atau bahkan pengenalan suara. Faktor biometrik ini sangat sulit untuk dipalsukan atau dicuri.

Mengapa MFA penting dalam melindungi data pribadi?

MFA menambah lapisan perlindungan yang sulit dilewati oleh peretas. Bahkan jika seorang penyerang berhasil mendapatkan kata sandi pengguna (misalnya melalui teknik phishing), mereka masih perlu melewati lapisan verifikasi tambahan untuk mengakses data pribadi. Dengan meningkatnya ancaman dunia maya, menggunakan MFA menjadi langkah penting dalam menjaga keamanan data pribadi dan akun online.

H2: Keamanan Berbasis Cloud dan Data Pribadi

Apa itu keamanan berbasis cloud?

Keamanan berbasis cloud adalah pendekatan untuk mengamankan data yang disimpan di cloud—server jarak jauh yang dikelola oleh penyedia layanan seperti Google Cloud, Amazon Web Services (AWS), atau Microsoft Azure. Keamanan ini mencakup perlindungan data dari ancaman eksternal dan internal, termasuk peretasan, pencurian data, dan kerusakan data. Pengguna dan organisasi dapat memanfaatkan berbagai alat dan teknologi keamanan untuk melindungi data yang disimpan di cloud, seperti enkripsi, pemulihan bencana, dan kontrol akses.

Keuntungan dan tantangan menggunakan cloud untuk melindungi data pribadi

Keuntungan utama menggunakan layanan cloud untuk menyimpan data pribadi termasuk penghematan biaya, fleksibilitas, dan skalabilitas. Pengguna tidak perlu lagi memelihara perangkat keras atau infrastruktur IT yang mahal. Namun, penggunaan cloud juga datang dengan tantangan. Salah satunya adalah potensi kehilangan kontrol atas data. Meskipun penyedia cloud menawarkan berbagai lapisan keamanan, organisasi dan individu masih harus memastikan bahwa mereka menggunakan kontrol yang tepat untuk melindungi data mereka.

Beberapa keuntungan dan tantangan menggunakan cloud antara lain:

  • Keuntungan:
    • Skalabilitas tinggi, memungkinkan data untuk disimpan tanpa batasan fisik.
    • Pemeliharaan infrastruktur yang lebih murah, karena penyedia cloud mengelola server dan sistem.
    • Enkripsi end-to-end yang memastikan data tetap aman saat disimpan atau ditransfer.
  • Tantangan:
    • Keamanan data bergantung pada penyedia cloud, yang berarti jika penyedia cloud mengalami pelanggaran keamanan, data pengguna dapat terancam.
    • Kontrol akses yang tidak memadai atau kebijakan yang lemah bisa menyebabkan data terekspos ke pihak yang tidak berwenang.

Teknologi cloud yang mendukung cybersecurity

Beberapa teknologi yang mendukung keamanan cloud untuk melindungi data pribadi antara lain:

  1. Enkripsi Data – Menyimpan data dalam bentuk terenkripsi memastikan bahwa data yang dicuri tetap tidak berguna tanpa kunci dekripsi yang tepat.
  2. Kontrol Akses yang Ketat – Pengguna dapat mengatur hak akses yang berbeda untuk berbagai tingkat keanggotaan dalam organisasi untuk menghindari akses tidak sah.
  3. Pemantauan Keamanan Berkelanjutan – Alat pemantauan yang dapat mendeteksi aktivitas mencurigakan dan memberikan peringatan dini jika terjadi pelanggaran.

H3: Keamanan Data di Penyimpanan Cloud

Penyimpanan cloud memungkinkan data pribadi dan informasi sensitif disimpan secara aman dalam server yang dikelola oleh pihak ketiga. Penyedia layanan cloud menggunakan berbagai teknologi untuk melindungi data, seperti enkripsi, kontrol akses yang ketat, dan pengawasan 24/7 untuk mengidentifikasi potensi ancaman.

Cara penyedia cloud melindungi data pribadi

Penyedia layanan cloud seperti AWS, Google Cloud, dan Microsoft Azure memiliki protokol dan infrastruktur yang dirancang untuk memastikan bahwa data yang disimpan di cloud aman dari ancaman. Salah satu teknik utama yang digunakan adalah enkripsi data. Data dienkripsi saat disimpan (data at rest) dan saat dikirimkan (data in transit). Selain itu, penyedia layanan cloud juga menyediakan kontrol akses yang memungkinkan pemilik data untuk menentukan siapa yang dapat mengakses data tersebut, serta menerapkan autentikasi multi-faktor untuk memperkuat perlindungan.

Enkripsi dan kontrol akses dalam cloud

Enkripsi data memungkinkan informasi pribadi yang disimpan di cloud tetap aman meskipun ada percakapan antara perangkat yang berbeda atau akses tidak sah. Kontrol akses memungkinkan pemilik data untuk mengatur siapa yang bisa mengakses data tertentu—misalnya, seorang karyawan perusahaan mungkin hanya memiliki akses ke data yang relevan dengan pekerjaannya. Dengan menggunakan pendekatan ini, penyedia cloud dapat menjaga data tetap terlindungi, meskipun diakses oleh banyak pengguna atau aplikasi yang berbeda.

H2: Pendidikan Pengguna dan Peranannya dalam Cybersecurity

Pentingnya pendidikan tentang keamanan data

Sebagian besar pelanggaran data tidak disebabkan oleh teknologi canggih atau serangan hacker yang rumit, tetapi karena kelalaian pengguna. Misalnya, penggunaan kata sandi yang lemah atau klik pada link phishing yang tampaknya sah dapat mengungkapkan data pribadi kepada penjahat dunia maya. Oleh karena itu, pendidikan pengguna menjadi salah satu langkah paling efektif dalam memperkuat cybersecurity. Pengguna yang sadar akan ancaman dunia maya akan lebih berhati-hati dalam mengelola data pribadi dan lebih siap untuk mengenali potensi serangan.

Cara pengguna dapat menjaga keamanan data pribadi

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil pengguna untuk menjaga keamanan data pribadi:

  1. Menggunakan kata sandi yang kuat dan unik – Hindari menggunakan kata sandi yang mudah ditebak, seperti tanggal lahir atau kata-kata umum. Gunakan kombinasi huruf besar, huruf kecil, angka, dan simbol.
  2. Menerapkan autentikasi multi-faktor (MFA) – Aktifkan MFA di semua akun penting untuk menambah lapisan perlindungan.
  3. Waspada terhadap phishing – Jangan pernah mengklik tautan atau membuka lampiran dalam email yang mencurigakan. Selalu verifikasi pengirim sebelum memberikan informasi pribadi.
  4. Update perangkat secara teratur – Pastikan perangkat lunak dan aplikasi selalu diperbarui dengan patch keamanan terbaru untuk melindungi data dari ancaman yang diketahui.

H2: Peraturan dan Kebijakan untuk Melindungi Data Pribadi

GDPR (General Data Protection Regulation)

Salah satu peraturan yang paling terkenal terkait perlindungan data pribadi adalah General Data Protection Regulation (GDPR). Dikenalkan oleh Uni Eropa pada Mei 2018, GDPR bertujuan untuk memberikan kontrol yang lebih besar kepada individu atas data pribadi mereka dan untuk menyederhanakan lingkungan peraturan untuk bisnis internasional dengan memusatkan aturan perlindungan data di seluruh Eropa. GDPR berlaku bagi semua perusahaan yang mengumpulkan atau memproses data pribadi warga negara Uni Eropa, bahkan jika perusahaan tersebut berada di luar Eropa.

Beberapa hal penting dari GDPR yang dapat membantu dalam melindungi data pribadi meliputi:

  1. Hak Akses – Pengguna memiliki hak untuk mengakses data pribadi mereka yang disimpan oleh organisasi dan meminta salinan data tersebut.
  2. Hak untuk Dihapus – Pengguna dapat meminta agar data pribadi mereka dihapus dari sistem organisasi, yang dikenal dengan hak untuk dilupakan.
  3. Pemberitahuan Pelanggaran Data – Perusahaan wajib memberitahukan otoritas perlindungan data dan individu yang terkena dampak dalam waktu 72 jam setelah mengetahui terjadinya pelanggaran data.
  4. Peningkatan Keamanan – Organisasi diwajibkan untuk melakukan langkah-langkah keamanan yang sesuai untuk melindungi data pribadi, seperti enkripsi dan audit rutin.

UU Perlindungan Data Pribadi di Indonesia

Di Indonesia, Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) diadopsi pada 2022 untuk memberikan dasar hukum yang kuat mengenai perlindungan data pribadi. UU PDP ini sejalan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan untuk melindungi data pribadi di era digital. UU ini mencakup hal-hal seperti pengumpulan, pemrosesan, dan penggunaan data pribadi oleh organisasi, serta hak-hak individu terkait data pribadi mereka.

Berikut adalah beberapa elemen penting dari UU PDP Indonesia:

  1. Hak atas Data Pribadi – Setiap individu memiliki hak untuk mengetahui bagaimana data pribadi mereka digunakan dan untuk meminta penghapusan data pribadi jika tidak lagi diperlukan.
  2. Penyimpanan dan Keamanan Data – Organisasi harus menjaga data pribadi dengan cara yang aman dan tidak mengungkapkan data kepada pihak ketiga tanpa izin eksplisit dari pemilik data.
  3. Sanksi dan Denda – UU ini memberikan sanksi yang tegas kepada organisasi yang gagal mematuhi ketentuan perlindungan data pribadi, dengan denda yang dapat mencapai miliaran rupiah.

Peraturan lain yang relevan

Selain GDPR dan UU PDP, banyak negara dan wilayah lain juga telah mengadopsi peraturan untuk melindungi data pribadi. Sebagai contoh, California Consumer Privacy Act (CCPA) di California, AS, memberikan hak privasi yang mirip dengan GDPR, sementara Personal Data Protection Act (PDPA) di Singapura mengatur pengumpulan dan pemrosesan data pribadi.

Peraturan-peraturan ini menuntut perusahaan untuk meningkatkan praktik perlindungan data dan memberikan individu lebih banyak kontrol atas informasi pribadi mereka, yang semakin penting di dunia yang semakin digital.

H2: Tren dan Inovasi Teknologi Cybersecurity untuk Masa Depan

Teknologi kecerdasan buatan (AI) dan machine learning dalam cybersecurity

Di masa depan, teknologi kecerdasan buatan (AI) dan machine learning (ML) diharapkan memainkan peran penting dalam cybersecurity. AI dapat menganalisis data dalam jumlah besar dan mendeteksi pola yang tidak biasa, yang mungkin menunjukkan adanya ancaman terhadap data pribadi. Misalnya, dengan menggunakan machine learning, sistem keamanan dapat belajar untuk mengenali perilaku pengguna normal dan segera mengidentifikasi aktivitas yang mencurigakan, seperti login dari lokasi yang tidak biasa atau percakapan email yang tidak biasa.

Dengan kemajuan dalam algoritma dan pemrosesan data, AI dapat meningkatkan respons terhadap ancaman secara lebih cepat dan otomatis. Teknologi ini dapat mendeteksi serangan lebih awal dan mengurangi ketergantungan pada intervensi manusia, memungkinkan respons yang lebih cepat terhadap serangan yang sedang berlangsung.

Blockchain untuk keamanan data pribadi

Selain AI dan machine learning, blockchain juga muncul sebagai teknologi yang sangat potensial dalam meningkatkan keamanan data pribadi. Blockchain adalah teknologi yang mendasari cryptocurrency seperti Bitcoin, namun penggunaannya jauh melampaui sekadar transaksi mata uang digital.

Blockchain menawarkan keuntungan dalam keamanan data karena sifatnya yang decentralized (terdesentralisasi), sehingga tidak ada satu entitas yang dapat mengontrol atau mengakses data secara tidak sah. Setiap transaksi atau perubahan yang dilakukan pada blockchain tercatat secara permanen dan transparan, yang membuatnya sangat sulit untuk dimanipulasi. Oleh karena itu, blockchain dapat digunakan untuk menciptakan sistem yang lebih aman untuk penyimpanan dan pertukaran data pribadi, serta memastikan bahwa data tersebut tidak dapat diubah atau diakses oleh pihak yang tidak berwenang.

H3: Penggunaan Kecerdasan Buatan (AI) dalam Keamanan Data

Kecerdasan buatan (AI) semakin digunakan dalam cybersecurity untuk meningkatkan deteksi ancaman, respons terhadap insiden, dan manajemen risiko secara otomatis. Dengan memanfaatkan algoritma pembelajaran mesin, AI dapat menganalisis pola data yang besar dan menentukan tanda-tanda potensi serangan lebih cepat dibandingkan dengan metode tradisional.

Peran AI dalam mendeteksi ancaman

AI dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai jenis ancaman yang ada dalam cybersecurity, termasuk malware, serangan phishing, dan perubahan yang tidak sah pada data. Dengan kemampuan untuk menganalisis data dalam waktu nyata, AI memungkinkan perusahaan untuk merespons ancaman lebih cepat, mengurangi kemungkinan kerusakan pada data pribadi.

Penerapan AI dalam otomatisasi perlindungan data pribadi

Selain deteksi ancaman, AI juga dapat membantu dalam mengotomatiskan tindakan perlindungan data pribadi. Misalnya, AI dapat memindai dan mengenkripsi data secara otomatis saat disimpan atau dipindahkan, sehingga tidak perlu intervensi manusia. Selain itu, AI dapat memantau dan memperbarui sistem keamanan untuk memastikan perlindungan data tetap berada pada level tertinggi.

H2: Kesimpulan

Dengan meningkatnya ancaman terhadap data pribadi, teknologi cybersecurity menjadi sangat penting untuk melindungi data dari serangan dan penyalahgunaan. Berbagai teknologi, mulai dari enkripsi, firewall, dan sistem deteksi intrusi, hingga autentikasi multi-faktor dan keamanan berbasis cloud, bekerja sama untuk memastikan bahwa data pribadi tetap aman. Namun, teknologi saja tidak cukup. Pendidikan pengguna dan kesadaran akan pentingnya menjaga keamanan data pribadi juga sangat penting.

Selain itu, dengan adanya regulasi yang semakin ketat seperti GDPR dan UU Perlindungan Data Pribadi di Indonesia, organisasi kini lebih terdorong untuk mengadopsi langkah-langkah perlindungan data yang lebih efektif. Teknologi seperti AI dan blockchain juga diperkirakan akan menjadi lebih dominan di masa depan untuk meningkatkan perlindungan data pribadi.

H3: 5 FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

  1. Apa yang dimaksud dengan enkripsi data?
    Enkripsi adalah proses mengubah data menjadi format yang tidak dapat dibaca tanpa kunci yang tepat, sehingga informasi pribadi tetap aman meskipun data tersebut jatuh ke tangan yang salah.

  2. Mengapa firewall penting dalam cybersecurity?
    Firewall berfungsi untuk memantau dan mengontrol lalu lintas data yang masuk dan keluar dari jaringan, membantu mencegah akses tidak sah yang bisa membahayakan data pribadi.

  3. Apa itu autentikasi multi-faktor (MFA)?
    Autentikasi multi-faktor adalah sistem keamanan yang mengharuskan pengguna untuk memberikan lebih dari satu bentuk verifikasi sebelum mengakses data pribadi, seperti kombinasi kata sandi, perangkat fisik, dan biometrik.

  4. Bagaimana cara melindungi data pribadi di cloud?
    Data di cloud dapat dilindungi dengan enkripsi, kontrol akses yang ketat, serta penggunaan autentikasi multi-faktor. Pastikan penyedia cloud Anda memiliki kebijakan keamanan yang kuat.

  5. Apa yang dimaksud dengan GDPR dan bagaimana pengaruhnya terhadap perlindungan data pribadi?
    GDPR adalah peraturan Uni Eropa yang memberikan hak kepada individu untuk mengontrol data pribadi mereka dan menuntut organisasi untuk menerapkan langkah-langkah perlindungan data yang ketat. Ini mempengaruhi organisasi yang beroperasi di Eropa atau memproses data warga negara Eropa.

**Your feedback is the best reward for my efforts! If this GPT helped you, please take a moment to leave a review.

Discover more by supporting us on Patreon**